Rima Kata
Kalimat yang tersusun secara berima sangat nyaman untuk dibaca.
Untaian kata yang berima biasanya kita temukan pada sebuah sajak sang pujangga. Dalam penulisan bebas seperti yang saya lakukan, sebenarnya peraturan tersebut tidaklah berlaku untuk diterapkan.
Setidaknya, bisa menyusun kalimat dengan baik dan benar sudah menjadi tahapan awal bagi saya untuk memberanikan diri menulis dalam susunan tulisan yang panjang.
Penulis yang dapat menyusun kalimat secara berima memiliki kamus kosakata yang kaya dalam benaknya. Kejeniusan ini tentu menjadi tanda bahwa penulis tersebut sering membaca.
Terutama membaca sebuah karya fiksi yang bahkan hingga memiliki banyak seri. Seperti Dwilogi, Trilogi, Tetralogi, Pentalogi, Heksalogi, dan bahkan kumpulan cerita dalam satu buku yang disebut dengan Antologi.
Pada tulisan kali ini saya berusaha semaksimal mungkin untuk menulis dan memiliah kata agar dapat berima dan nyaman dibaca. Namun, agaknya saya tidak sejenius itu.
Perlu belajar dan banyak membaca lagi untuk dapat melakukannya. Bagi kalian yang membaca tulisan ini mungkin menyadari jika saya dari awal kalimat sudah mulai memaksakan diri untuk mencoba melakukannya.
Sebelum menyusun tulisan sesuai dengan irama di tiap katanya, akhir-akhir ini saya sedang fokus menekankan diri untuk membentuk paragraf agar tidak lebih dari tiga baris pada lembaran medium.com ini.
Karena ketika paragraf yang disusun lebih dari tiga baris, tampilan ketika dibaca diponsel terlihat sangat menjemukan. Membacanya pun rasanya muak. Satu paragraf rasanya seperti tanpa ujung.
Tulisan Pak Dahlan Iskan pada disway.id menjadi rujukan bagi saya untuk terus menulis dengan baik. Mantan Menteri BUMN ini di umurnya yang sudah tidak lagi muda, masih saja tetap rajin untuk menulis.
Tulisannya begitu bagus. Nyaman dibaca. Kalimat yang disusun biasanya hanya terdiri dari tiga kata. Bahkan, satu kata pun tanpa ragu beliau beri tanda akhir berupa titik.
Ya, seperti yang kita tahu beliau merupakan seorang jurnalis dulunya. Tak ayal, jam terbangnya dalam menulis tidak perlu kita ragukan. Bahkan, hingga kini, kemahirannya pun masih menjadi inspirasi banyak orang.
Itulah mengapa saya mau meniru rekam jejak para senior saya. Satu hari satu tulisan adalah langkah baik. Tidak perlu memaksakan diri untuk dapat membuat kalimat menjadi berima.
Setidaknya, mau menulis setiap hari pun sudah menjadi bukti konsistensi diri. Terima kasih untuk diriku sendiri.