Hujan Macet
Pelangi dan macetnya jalan selepas hujan.
Selepas hujan di siang hari sebenarnya adalah momen yang menyenangkan. Jika beruntung, terkadang kita akan melihat pelangi yang membentang di sisi langit yang berlawanan dengan matahari.
Namun, selepas hujan juga merupakan momen di mana para pengendara sepeda motor yang mulanya berteduh kemudian kembali untuk memadati jalan raya. Ketika hujan yang begitu deras, biasanya hanya kendaraan mobil saja yang berani menerpanya.
Meskipun para pengendara sepeda motor sudah dilengkapi jas hujan, kebanyakan dari mereka akan urung untuk melanjutkan perjalanan. Apalagi jika volume hujan yang turun begitu deras. Terkadang, rintikannya pun membuat sakit ke sekujur badan.
Dan momen selepas hujan akan menjadi ajang bagi para pengendara sepeda motor untuk kembali turun ke jalan. Dan tentu mereka juga harus bersiap untuk macet-macetan.
Fenomena seperti ini tentu baru akan Anda rasakan ketika melakukan perjalanan di kota besar. Mungkin, hal seperti ini tidak akan terjadi di tingkat kabupaten. Pasalnya, melimpahnya kendaraan hanya aka ada di kota besar.
Kebetulan saya tinggal di sekitaran Kota Malang. Kota yang menduduki peringkat dua di Jawa Timur. Karena dikenal sebagai kota pendidikan dan wisata, tentu, ada banyak sekali orang dari luar Malang yang berkunjung. Bahkan, juga menetap di kota ini.
Akibatnya, volume kendaraan pun naik. Ruas jalan di kota ini juga tidak begitu lebar. Sungguh kombinasi yang begitu mematikan. Di hari biasa pun beberapa titik di Kota Malang juga mengalami kemacetan yang mendekati titik jenuh.
Bayangkan ketika Anda berkendara selepas hujan di kota ini. Tentu Anda harus mempersiapkan diri sebaik mungkin agar tidak tersulut emosi apabila tiba-tiba terjebak kemacetan.
Mungkin kota ini tidak semacet ibu kota. Namun, dengan adanya kemacetan, itu mengajarkan kita untuk selalu bersiap diri dengan situasi di luar prediksi.
Terkadang dari rumah kita menganggap bahwa perjalanan kita nantinya akan mulus tanpa hambatan. Namun, di tengah perjalanan, rupanya kita malah terjebak kemacetan yang tidak pernah kita sangka sebelumnya.
Kalau dalam buku bertajuk Filosofi Teras karya Henry Manampiring, di buku tersebut disebutkan bahwa untuk memperkuat mental dan manajemen stres, kita dapat menggunakan metode “Premeditatio Malorum.”
Singkatnya, metode tersebut menyuruh kita untuk memikirkan hal-hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi. Praktik ini mungkin terdengar seperti negative thinking.
Namun, cara ini begitu ampuh untuk meminimalisir rasa kecewa kita. Seperti contoh saya sudah membayangkan akan terjadi penumpukan kendaraan ketika hujan telah reda di ruas-ruas jalan Kota Malang.
Ketika saya sudah bersiap dengan hal buruk tersebut dari rumah, tentu, ketika nantinya hal itu benar-benar terjadi, saya pun secara mental pastinya sudah siap. Poin lebihnya lagi saya dapat meredam rasa kecewa dan mengelola stres saya.
Itu tentu akan berbeda ketika saya berpikir positif dan merasa bahwa jalanan yang akan saya lalui berjalan normal seperti biasanya. Namun, ketika tiba-tiba saya terjebak macet di tempat yang saya sangka tidak akan pernah terjadi kemacetan, itu tentu akan membuat saya stres.
Pasalnya, kemacetan itu tadi di luar dugaan saya. Ekspetasi saya runtuh karena ada sebuah kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Nah, inilah pentingnya sesekali menggunakan metode Premeditatio Malorum.
Praktik ini tentu harus digunakan dengan bijak. Baiknya lagi Anda membaca langsung bukunya. Agar dalam menjalani hidup ke depannya tidak akan selalu diselimuti oleh rasa kecewa. Terutama untuk generasi saya, para Gen Z yang dikenal bermental stroberi.