Habib Umar
Sosok pribadi yang bijaksana. Ia merupakan seorang ulama terkemuka. Serta, dikenal sebagai pembaru Islam di negara Yaman.
Bersyukur. Akhirnya saya bisa menghadiri majelis yang mana dihadiri langsung oleh Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Sosoknya begitu dicintai oleh semua kalangan.
Kedatangan Habib Umar di Indonesia begitu dinanti. Buktinya, setiap majelis yang terselenggara selalu dihadiri oleh puluhan ribu jamaah. Salah satunya seperti yang digelar di Masjid Al-Akbar, Surabaya.
Beruntung rasanya, saya sempat hadir di acara Dars Fajr. Pengajiannya dimulai setelah sholat subuh. Padahal, malamnya Habib Umar juga hadir pada acara Tabligh Akbar di Gelora Joko Samudro, Kabupaten Gresik.
Saya pribadi tidak ikut Tabligh akbar yang digelar di Gresik tersebut. Karena saya sudah membayangkan betapa ramainya orang-orang yang datang ke sana dan memenuhi jalan raya serta kawasan stadion.
Itulah mengapa saya lebih memilih acara yang diadakan di Surabaya. Dimulainya dini hari. Harapan saya semoga tidak terlalu ramai seperti yang ada di Kabupaten Gresik.
Tampaknya, dugaan saya salah. Meskipun diadakan selepas subuh, itu tidak membuat para pencinta Habib Umar urung untuk hadir. Bahkan, yang baru mengikuti pengajian di Gresik pun juga datang lagi ke Surabaya.
Ketika datang ke lokasi saya benar-benar takjub. Ramai sekali. Berbagai jenis kendaraan dengan plat nomor dari bermacam-macam daerah memenuhi kawasan masjid saat itu.
“Saya terlambat,” gumam saya saat tiba di tempat. Shaf depan sudah penuh akan para jamaah yang hadir. Akhirnya, saya dan teman-teman saya memutuskan untuk naik ke lantai dua.
Harapannya tentu setidaknya bisa melihat Habib Umar dari kejauhan. Karena yang saya perkirakan, sosok beliau masih akan terlihat dari lantai dua masjid.
Tidak seperti di tribun stadion yang tentu sangat jauh sekali apabila ingin melihat Habib Umar dari atas tribun. Agaknya, saya salah menduga lagi. Dari lantai dua Masjid Al-Akbar pun Habib Umar masih terlihat sangat jauh.
Ya, setidaknya itu terobati dengan bisa memandang beliau dari layar tancap. Padahal, keinginan hati adalah bisa langsung berhadapan dengan beliau.
Sungguh beruntung bagi mereka yang dapat berkesempatan memandang langsung dalam jarak yang begitu dekat. Apalagi, bisa bersalaman. Semoga, di lain kesempatan saya bisa hadir paling depan.
Lebih baik lagi, bisa ikut kajian Habib Umar di Yaman.